(Representasi
Naskah Dulmuluk Bagian Pulang ke Barbari)
LATAR MENYAJIKAN ISTANA SENTRIS, DI TAMAN. SEPASANG
PASUTRI BERDIALOG, TENTANG APAPUN YANG RAGU-RAGU.
Babak I
Abdul Muluk
Dinda, ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu.
Tapi sebelum kau mendengar kanda ragu kau bisa setuju. Dapatkah kau menjawab ya
tanpa kebohongan, dengan hati yang lapang, bukan cuma sekedar patuh menuruti
perintah suamimu. Jika kau tidak berkenan katakan saja tidak. Tapi jangan kau
katakan bisa jadi bisa jadi
Siti Rafeah
Baiklah kanda, Siti mengerti apa yang ingin kanda
katakan kepada Siti. Terlihat jelas di raut muka kanda bahwa ada sesuatu yang
mengganjal di pikiran kanda. Tapi maaf... jika Siti tak setuju apakah kanda
akan marah, tidak sayang lagi kepada Siti. Maaf... Siti tidak ingin membuat
kanda kecewa dengan kelakuan Siti. Siti ingin jadi Istri yang baik seperti yang
tertera di buku yang sering Siti Baca. Buku bagaimana cara menyenangkan
suami...
LATAR
MENGGAMBARKAN TAMAN. ADA BANGKU PANJANG TUA DITENGAH, DAN SEJAJAR DI DEPAN
BANGKU ADA KOIN YANG TERLIHAT BERSINAR DAN MENYALA. UANG PERAK LIMA RATUSAN
KUNING KEEMASAN. LANGIT MURAM MENDUNG. TIBA-TIBA PEDAGANG LEWAT DENGAN MEMBAWA
BEBERAPA JUALANNYA YANG TAK LAKU
LATAR
MENGGAMBARKAN PINGGIR JALAN. ORANG GILA SEDANG MEMELUK KOTAK SAMPAH. PEMULUNG SEDANG MENCARI SAMPAH YANG
BISA DIJUAL, 2 PENYAPU JALAN SEDANG SIBUK, DAN 3 REMAJA MENUNGGU BUS.
“menulis dan menulis”. Kata yang tepat bagi seseorang yang
ingin belajar jadi penulis. Tapi, menulis itu sulit-sulit gampang. Itu akan
terasa bila dilakukan, membutuhkan kesabaran dan usaha ekstra keras untuk
menjadikannya sebuah karya, dan bila sudah menjadi sebuah karya, ada kepuasan
tersendiri bagi seorang penulis, kepuasan bathin yang tak ternilai harganya.
Membaca, mengingat dan merespon, itu
yang sangat dibutuhkan oleh penulis, seorang penulis sangat membutuhkan
ketiganya, untuk mengiringi langkahnya menjadi penulis, dengan menggabungkan 3
cara itu, tulisan akan lebih berkembang dan menarik, Karena bagi seorang yang
mempunyai jiwa penulis, melahirkan karya adalah suatu hal terindah, melebihi
harta yang didapat dari bekerja, karena bagi
penulis, menulis adalah kepuasan jiwa.
Hal-hal yang menghambat jadi seorang
penulis yang saya rasakan:
1. Malas,
ya, malas menggali masalah untuk dijadikan karya, kekurangan ide, dan akhir
ceritanya selalu berakhir mati, sudah beberapa karya yang saya buat akhirnya
selalu mati, belum menemukan teori untuk melahirkan ide agar berakhir tidak
mati.
2. Ambisi,
masih adakah ambisi di hatiku dan hatimu untuk jadi seorang penulis? karena
dengan jadwal yang mulai menumpuk, saya merasakan kekurangan waktu untuk
menulis.
3. Ciri
khas, seorang penulis harus mempunyai ciri khas untuk melahirkan sebuah karya,
jangan monoton, karena ciri khas adalah inti yang membedakan karya kita dengan
orang lain.
4. Waktu,
seorang penulis harus memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya untuk membuat
suatu karya. Karena bagi seorang penulis, waktu adalah nyawa tulisan, dan kita
harus manfaatkan, tapi saya belum bisa, wkwkwk
5. Inspirasi,
seseorang penulis harus mempunyai inspirasi yang lebih dari lebih, karena bagi
saya “INSPIRASI adalah niat awal dalam membangun sebuah KARYA”
6. Pengetahuan,
ya, kita harus mempunyai ilmu dan menguasai macam-macam pengetahuan untuk
membuat suatu karya agar tidak kekurangan ide, dan itu saya rasakan karena saya
belum banyak tahu, wkwkwk
7. Percaya
diri, ini sangat dibutuhkan oleh seorang penulis, agar ia tidak plin-plan dalam
membuat tulisan, berani menjual karyanya, dan berani memerima kritik, itu yang
harus ada dalam jiwa seorang penulis.
Masih
banyak sebenarnya. tambahi aja bila kurang.. karena itu yang tergambar pada saat saya ingin menulis, kata bang abib ketika mengisi seminar HMPSBI Unsri dan kebetulan saya menonton (maklum, jarang nonton seminar, ini pun jadi anggota pelaksana) "seseorang yang ingin jadi penulis, ia harus mampu, kita bisa kaya dari menulis, lakukan, kau pasti bisa". semoga saja ya...